Senin, 09 Mei 2011

Materi II

Kepemimipinan dalam Organisasi
Bagian penting dalam menunjang keberhasilan dalam organisasi salah satu aspeknya adalah bagaimana figur seorang pemimpin. Hal tersebut dikarenakan pemimpin harus memiliki kemampuan managerial yang handal. Kenapa demikian...???? Jika dalam sebuah organisasi kemampuan bekerjasama antar pengurus belum solid, atau dengan kata lain terlalu banyak perbedaan pendapat yang terjadi dalam prakteknya. Naah.. saat inilah yang paling tepat seorang pemimpin memainkan peran sebagai pengatur (manager) sehingga mampu meminimalisir gesekan-gesekan yang terjadi antar individu.Saya coba menguraikan sebuah Ulasan mengenai Pemimpin (Kepemimpinan), semoga bermanfaat bagi anda yang membaca. Selamat Membaca...!!!!!!!!!
 
Bagian Satu
Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional. Banyak muncul pengertian-pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan, antara lain :


  • Pemimpin adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok (1942)

  • Kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau beberapa individu dalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala sosial

  • Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam hal sama, Krech dan Crutchfield memandang bahwa dengan kebaikan dari posisinya yang khusus dalam kelompok ia berperan sebagai agen primer untuk penentuan struktur kelompok, suasana kelompok, tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok.

  • Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.

  • Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti.

  • Muncul dua pertanyaan yang menjadi perdebatan mengenai pemimpin,
  • Apakah seorang pemimpin dilahirkan atau ditempat?

  • Apakah efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dialihkan dari satu organisasi ke organisasi yang lain oleh seorang pemimpin yang sama?

  • Untuk menjawab pertanyaan pertama tersebut kita lihat beberapa pendapat berikut :
  • Pihak yang berpendapat bahwa “pemimpin itu dilahirkan” melihat bahwa seseorang hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena dia dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinannya.

  • Kubu yang menyatakan bahwa “pemimpin dibentuk dan ditempa” berpendapat bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan ditempa. Caranya adalah dengan memberikan kesempatan luas kepada yang bersangkutan untuk menumbuhkan dan mengembangkan efektivitas kepemimpinannya melalui berbagai kegiatan pendidikan dan latihan kepemimpinan.

  • Sondang (1994) menyimpulkan bahwa seseorang hanya akan menjadi seorang pemimpin yang efektif apabila :
  • seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan

  • bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui kesempatan untuk menduduki jabatan kepemimpinannya

  • ditopang oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan, baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut teori kepemimpinan.

  • Untuk menjawab pertannyaan kedua dapat dirumuskan dua kategori yang sudah barang tentu harus dikaji lebih jauh lagi:
  • Keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi dengan sendirinya dapat dilaihkan kepada kepemimpinan oleh orang yang sama di organisasi lain

  • Keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi tidak merupakan jaminan keberhasilannya memimpin organisasi lain.

  • Tipe-tipe Kepemimpinan :

  • Tipe Otokratik

    • Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.
      Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalam bentuk :
  • kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka

  • pengutmaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.

  • Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

    • Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:
    • menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya
    • dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
    • bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi
    • menggunakan pendekatan punitif dalamhal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.
  • Tipe Paternalistik

    • Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.
      Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
  • Tipe Kharismatik

    • Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
  • Tipe Laissez Faire

    • Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.
      Karakteristik dan gaya kepemimpinan tipe ini adalah :
  • pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif

  • pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan kepada petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut keterlibatannya langsung.

  • Status quo organisasional tidak terganggu

  • Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindah yang inovatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri.

  • Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam organisasi berada pada tingkat yang minimum.

    • Tipe Demokratik
    • Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi.
    • Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan.
    • Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya.
    • Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan martabat manusia
    • Seorang pemimpin demokratik disegani bukannya ditakuti.
    • Ciri ciri pemimpin dan kepemimpinan yang ideal antara lain :
    • Pengetahuan umum yang luas, semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki kepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu berpikir dan bertindak secara generalis.
    • Kemampuan Bertumbuh dan Berkembang
    • Sikap yang Inkuisitif atau rasa ingin tahu, merupakan suatu sikap yang mencerminkan dua hal: pertama, tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki; kedua, kemauan dan keinginan untuk mencari dan menemukan hal-hal baru.
    • Kemampuan Analitik, efektifitas kepemimpinan seseorang tidak lagi pada kemampuannya melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional, melainkan pada kemampuannya untuk berpikir. Cara dan kemampuan berpikir yang diperlukan dalah yang integralistik, strategik dan berorientasi pada pemecahan masalah.
    • Daya Ingat yang Kuat, pemimpin harus mempunyai kemampuan inteletual yang berada di atas kemampuan rata-rata orang-orang yang dipimpinnya, salah satu bentuk kemampuan intelektual adalah daya ingat yang kuat.
    • Kapasitas Integratif, pemimpin harus menjadi seorang integrator dan memiliki pandangan holistik mengenai orgainasi.
    • Keterampilan Berkomunikasi secara Efektif, fungsi komunikasi dalam organisasi antara lain : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian informasi dan fungsi pengawasan.
    • Keterampilan Mendidik, memiliki kemampuan menggunakan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya dan meningkatkan dedikasinya kepada organisasi.
    • Rasionalitas, semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar organisasi tersebut.
    • Objektivitas, pemimpin diharapkan dan bahkan dituntut berperan sebagai bapak dan penasehat bagi para bawahannya.  Salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemudikan organisasi terletak pada kemampuannya bertindak secara objektif.
    • Pragmatisme, dalam kehidupan organisasional, sikap yang pragmatis biasanya terwujud dalam bentuk sebagai berikut : pertama, kemampuan menentukan tujuan dan sasaran yang berada dalam jangkauan kemampuan untuk mencapainya yang berarti menetapkan tujuan dan sasaran yang realistik tanpa melupakan idealisme. Kedua, menerima kenyataan apabila dalam perjalanan hidup tidak selalu meraih hasil yang diharapkan.
    • Kemampuan Menentukan Prioritas, biasanya yang menjadi titik tolak strategik organisasional adalah “SWOT”.
    • Kemampuan Membedakan hal yang Urgen dan yang Penting
    • Naluri yang Tepat, kekampuannya untuk memilih waktu yang tepat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
    • Rasa Kohesi yang tinggi, :senasib sepenanggungan”, keterikan satu sama lain.
    • Rasa Relevansi yang tinggi, pemimpin tersebut mampu berpikir dan bertindak sehingga hal-hal yang dikerjakannya mempunyai relevansi tinggi dan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.
    • Keteladanan,s seseorang yang dinilai pantas dijadikan sebagai panutan dan teladan dalam sikap, tindak-tanduk dan perilaku.
    • Menjadi Pendengar yang Baik
    • Adaptabilitas, kepemimpinan selalu bersifat situasional, kondisonal, temporal dan spatial.
    • Fleksibilitas, mampu melakukan perubahan dalam cara berpikir, cara bertindak, sikap dan perilaku agar sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi tertentu yang dihadapi tanpa mengorbankan prinsip-prinsip hidup yang dianut oleh seseorang.
    • Ketegasan
    • Keberanian
    • Orientasi Masa Depan
    • Sikap yang Antisipatif dan Proaktif 
     Bagian Dua

    Salah paham dalam menerima dan menafisrkan pesan.
    • Prosedur hubungan dalam organisasi tidak diikuti dengan benar. Misalnya, arahan dari pihak atasan langsung ke level paling bawah, tanpa mengambil peranan pihak tengah (middle level) dalam organisasi.
    • Kurangnya komitmen penuh dalam kerja organisasi. Aturan organisasi tidak dipahami dan dihayati pleh anggota organisasi.
    • Adanya kepentingan pribadi. Organisasi dipergunakan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
    • Permasalahan yang tidak kunjung selesai, sehingga tidak muncul kondisi organisasi yang nyaman.
    • Tidak adanya pembagian kerja dan juga pembagian keuntungan yang adil..
    Keretakan dalam organisasi dapat menumbuhkan citra negatif, dengan permasalah yang saling terkait, antara lain :
    • Keretakan hubungan antara anggota organisasi.
    • Perselisihan yang terus berlarut-larut dan suasana organisasi yang muram.
    • Wujud sikap mementingkan diri sendiri.
    • Produktivitas organisasi merosot.
    • Ketidakstabilan organisasi akibat dari retaknya hubungan.
    • Penyalahsunaan kekuasaan, mementingkan diri sendiri
    • PEMIMPIN VISIONER
    Kepemimpinan visioner, adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas (Diana Kartanegara, 2003).
    Kepemimpinan Visioner memerlukan kompetensi tertentu. Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), yaitu:
    • Seorang pemimpin visioner harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.”
    • Seorang pemimpin visioner harus memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang. Ini termasuk, yang plaing penting, dapat “relate skillfully” dengan orang-orang kunci di luar organisasi, namun memainkan peran penting terhadap organisasi (investor, dan pelanggan).
    • Seorang pemimpin harus memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam hal ini harus terlibat dalam organisasi untuk menghasilkan dan mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully achieved vision).
    • Seorang pemimpin visioner harus memiliki atau mengembangkan “ceruk” untuk mengantisipasi masa depan. Ceruk ini merupakan ssebuah bentuk imajinatif, yang berdasarkan atas kemampuan data untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan lain sebagainya. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur sumber daya organisasi guna memperiapkan diri menghadapi kemunculan kebutuhan dan perubahan ini.

    Barbara Brown mengajukan 10 kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin visioner, yaitu:

    • Visualizing.  Pemimpin visioner mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapai dan mempunyai gambaran yang jelas kapan hal itu akan dapat dicapai.
    • Futuristic Thinking. Pemimpin visioner tidak hanya memikirkan di mana posisi bisnis pada saat ini, tetapi lebih memikirkan di mana posisi yang diinginkan pada masa yang akan datang.
    • Showing Foresight. Pemimpin visioner adalah perencana yang dapat memperkirakan masa depan. Dalam membuat rencana tidak hanya mempertimbangkan apa yang ingin dilakukan, tetapi mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi dan faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi rencana.
    • Proactive Planning. Pemimpin visioner menetapkan sasaran dan strategi yang spesifik untuk mencapai sasaran tersebut. Pemimpin visioner mampu mengantisipasi atau mempertimbangkan rintangan potensial dan mengembangkan rencana darurat untuk menanggulangi rintangan itu
    • Creative Thinking. Dalam menghadapi tantangan pemimpin visioner berusaha mencari alternatif jalan keluar yang baru dengan memperhatikan isu, peluang dan masalah. Pemimpin visioner akan berkata “If it ain’t broke, BREAK IT!”.
    • Taking Risks.  Pemimpin visioner berani mengambil resiko, dan menganggap kegagalan sebagai peluang bukan kemunduran.
    • Process alignment. Pemimpin visioner mengetahui bagaimana cara menghubungkan sasaran dirinya dengan sasaran organisasi. Ia dapat dengan segera menselaraskan tugas dan pekerjaan setiap departemen pada seluruh organisasi.
    • Coalition building. Pemimpin visioner menyadari bahwa dalam rangka mencapai sasara dirinya, dia harus menciptakan hubungan yang harmonis baik ke dalam maupun ke luar organisasi. Dia aktif mencari peluang untuk bekerjasama dengan berbagai macam individu, departemen dan  golongan tertentu.
    • Continuous Learning. Pemimpin visioner harus mampu dengan teratur mengambil bagian dalam pelatihan dan berbagai jenis pengembanganlainnya, baik di dalam maupun di luar organisasi. Pemimpin visioner mampu menguji setiap interaksi, negatif atau positif, sehingga mampu mempelajari situasi. Pemimpin visioner mampu mengejar peluang untuk bekerjasama  dan mengambil bagian dalam proyek yang dapat memperluas pengetahuan, memberikan tantangan berpikir dan mengembangkan imajinasi.
    • Embracing Change. Pemimpin visioner mengetahui bahwa perubahan adalah suatu bagian yang penting bagi pertumbuhan dan pengembangan. Ketika ditemukan perubahan yang tidak diinginkan atau  tidak diantisipasi, pemimpin visioner dengan aktif menyelidiki jalan yang dapat memberikan manfaat pada perubahan tersebut.
    Burt Nanus (1992),  mengungkapkan ada empat peran yang harus dimainkan oleh pemimpin visioner dalam melaksanakan  kepemimpinannya, yaitu:
    • Peran penentu arah (direction setter). Peran ini merupakan peran di mana  seorang pemimpin menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk suatu organisasi, guna diraih pada masa depan, dan melibatkan orang-orang dari “get-go.” Hal ini bagi para ahli dalam studi dan praktek kepemimpinan merupakan esensi dari kepemimpinan. Sebagai penentu arah, seorang pemimpin menyampaikan visi, mengkomunikasikannya, memotivasi pekerja dan rekan, serta meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang benar, dan mendukung partisipasi pada seluruh tingkat dan pada seluruh tahap usaha menuju masa depan.
    • Agen perubahan (agent of change). Agen perubahan merupakan peran penting kedua dari seorang pemimpin visioner. Dalam konteks perubahan, lingkungan eksternal adalah pusat. Ekonomi, sosial, teknologi, dan perubahan politis terjadi secara terus-menerus, beberapa berlangsung secara dramatis dan yang lainnya berlangsung dengan perlahan. Tentu saja, kebutuhan pelanggan dan pilihan berubah sebagaimana halnya perubahan keinginan para stakeholders. Para pemimpin yang efektif harus secara konstan menyesuaikan terhadap perubahan ini dan berpikir ke depan tentang perubahan potensial dan yang dapat dirubah. Hal ini menjamin bahwa pemimpin disediakan untuk seluruh situasi atau peristiwa-peristiwa yang dapat mengancam kesuksesan organisasi saat ini, dan yang paling penting masa depan. Akhirnya, fleksibilitas dan resiko yang dihitung pengambilan adalah juga penting lingkungan yang berubah.
    • Juru bicara (spokesperson). Memperoleh “pesan” ke luar, dan juga berbicara, boleh dikatakan merupakan suatu bagian penting dari memimpikan masa depan suatu organisasi. Seorang pemimpin efektif adalah juga seseorang yang mengetahui dan menghargai segala bentuk komunikasi tersedia, guna menjelaskan dan membangun dukungan untuk suatu visi masa depan. Pemimpin, sebagai juru bicara untuk visi, harus mengkomunikasikan suatu pesan yang mengikat semua orang agar melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi-secara internal dan secara eksternal. Visi yang disampaikan harus “bermanfaat, menarik, dan menumbulkan kegairahan tentang masa depan organisasi.”
    • Pelatih (coach). Pemimpin visioner yang efektif harus menjadi pelatih yang baik. Dengan ini berarti bahwa seorang pemimpin harus menggunakan kerjasama kelompok untuk mencapai visi yang dinyatakan. Seorang pemimpin mengoptimalkan kemampuan seluruh “pemain” untuk bekerja sama, mengkoordinir aktivitas atau usaha mereka, ke arah “pencapaian kemenangan,” atau menuju pencapaian suatu visi organisasi. Pemimpin, sebagai pelatih, menjaga pekerja untuk memusatkan pada realisasi visi dengan pengarahan, memberi harapan, dan membangun kepercayaan di antara pemain yang penting bagi organisasi dan visinya untuk masa depan. Dalam beberapa kasus, hal tersebut dapat dibantah bahwa pemimpin sebagai pelatih,  lebih tepat untuk ditunjuk  sebagai “player-coach.”
     
     

    Latihan soal Inggris (Reading)


    Reading Comprehension
    Name________________________________________________________________
    Date______________________________________________
    Vitamin D

    Scientists have known for a long time that vitamin D is essential for humans. If children have a vitamin D or calcium deficiency, they can develop rickets, a softening of the bones. New studies are showing that people of all ages need vitamin D to help them fight off diseases by keeping their immune systems strong.

    1. The main idea of this paragraph is that vitamin D _______.

    a. is found in milk
    b. has been studied by scientists
    c. is no secret
    d. is important for good health

    2. If something is essential, it is _______.

    a. harmful
    b. expensive
    c. dreadful
    d. needed

    3. When you have a deficiency of something, you _______.

    a. have all you need
    b. do not have enough
    c. look like an onion
    d. are rich

    Our bodies can make vitamin D when our skin is exposed to sunlight. However, it’s best to eat a diet that is rich in the vitamin.

    4. The remainder of the above incomplete paragraph probably goes on to _______. (Remember that every paragraph should have a single main idea.)

    a. say why vitamin C is also important
    b. explain why you should brush your teeth after eating beetles
    c. give some examples of foods that are rich in vitamin D
    d. say which diseases might be prevented by vitamin D

    5. Which statement is false?

    a. Some foods contain vitamin D.
    b. Our bodies can use sunlight to make vitamin D.
    c. Some people don’t have to get vitamin D from food.
    d. If you’re a child, you will definitely get rickets if you don’t play in the sun. 

    1___________2___________3___________4___________5___________




    Minggu, 08 Mei 2011

    Pidato Bahasa Inggris

    Part One
    Global Warming

    First of all I would like to say thank you to the teacher and all my friend who has given mee nice opportunity speech on this day, about global warming.
    We know global warming is serious problem which is world well in country developing and country developed. Global warming in reason by activity human which working way a ware or not a ware.
    Global warming is a process to increase body temperature average atmosphere: sea and land. Stage body temperature global settlement will to cause alteration which other except to climb surface sea water, stage weather, and alteration total. Result global warming which other influenced crop agriculture, and destroyed kind animal. All energy sources which can be ground originally with sun.
    A part that energy inside form short wave radiation, including apparent shine when this energy to hit ground surface it changeable with shine to make hot with to warm up earth.         
    With temperature average large 15 C (59F), earth in fact already hot more 33 C (59F) with greenhouse effect. So that ice will to shut all ground surfaces but on the contrary. Result total that gas already more in atmosphere global warming result to become. 
    To protect the health and economic well-being of current and future generations, we must reduce our emissions of heat-trapping gases by using the technology, know-how, and practical solutions already at our disposal.
    The Earth’s climate changes in response to external forcing, including variations in its orbit around the Sun (orbital forcing), volcanic eruptions, and atmospheric greenhouse gas concentrations. The detailed causes of the recent warming remain an active field of research, but the scientific consensus is that the increase in atmospheric greenhouse gases due to human activity caused most of the warming observed since the start of the industrial era. This attribution is clearest for the most recent 50 years, for which the most detailed data are available. Some other hypotheses departing from the consensus view have been suggested to explain most of the temperature increase. One such hypothesis proposes that warming may be the result of variations in solar activity.
    None of the effects of forcing are instantaneous. The thermal inertia of the Earth’s oceans and slow responses of other indirect effects mean that the Earth’s current climate is not in equilibrium with the forcing imposed. Climate commitment studies indicate that even if greenhouse gases were stabilized at 2000 levels, a further warming of about 0.5 °C (0.9 °F) would still occur.
    The prediction of climate change due to human activities began with a prediction made by the Swedish chemist, Santé Arrhenius, in 1896. Arrhenius took note of the industrial revolution then getting underway and realized that the amount of carbon dioxide being released into the atmosphere was increasing. Moreover, he believed carbon dioxide concentrations would continue to increase as the world’s consumption of fossil fuels, particularly coal, increased ever more rapidly. His understanding of the role of carbon dioxide in heating Earth, even at that early date, led him to predict that if atmospheric carbon dioxide doubled, Earth would become several degrees warmer. However, little attention was paid to what must have been seen to be a rather far-out prediction that had no apparent consequence for people living at that time.
    Arrhenius was referring to a potential modification of what we now call the greenhouse effect. Shortwave solar radiation can pass through the clear atmosphere relatively unimpeded, but longwave infrared radiation emitted by the warm surface of the Earth is absorbed partially and then re-emitted by a number of trace gases–particularly water vapor and carbon dioxide–in the cooler atmosphere above. Because, on average, the outgoing infrared radiation balances the incoming solar radiation, both the atmosphere and the surface will be warmer than they would be without the greenhouse gases. One should distinguish between the “natural” and a possible “enhanced” greenhouse effect. The natural greenhouse effect causes the mean temperature of the Earth’s surface to be about 33 degrees C warmer than it would be if natural greenhouse gases were not present. This is fortunate for the natural greenhouse effect creates a climate in which life can thrive and man can live under relatively benign conditions. Otherwise, the Earth would be a very frigid and inhospitable place. On the other hand, an enhanced greenhouse effect refers to the possible raising of the mean temperature of the Earth’s surface above that occurring due to the natural greenhouse effect because of an increase in the concentrations of greenhouse gases due to human activities. Such a global warming would probably bring other, sometimes deleterious, changes in climate; for example, changes in precipitation, storm patterns, and the level of the oceans. The word “enhanced” is usually omitted, but it should not be forgotten in discussions of the greenhouse effect     
    The predicted effects of global warming on the environment and for human life are numerous and varied. It is generally difficult to attribute specific natural phenomena to long-term causes, but some effects of recent climate change may already be occurring. Raising sea levels, glacier retreat, Arctic shrinkage, and altered patterns of agriculture are cited as direct consequences, but predictions for secondary and regional effects include extreme weather events, an expansion of tropical diseases, changes in the timing of seasonal patterns in ecosystems, and drastic economic impact. Concerns have led to political activism advocating proposals to mitigate, eliminate, or adapt to it.
    Except to crash which resolute there are to crash which already straight we not a ware. We can see in television that in big city very much empty region but the region used to project.
    So region to plant is green tree very less tree which we to see to run very less even live style them more like to use carriage than to run away. This to make weather in environment them dirtied. So that event’s this to grow reason global warming.
    I think that all. Thank You.

    Part Two
                                                        Everybody Needs Fantasy
    Ladies and gentlemen, do you remember the first time you saw magic? Well, when I was a little kid, my kindergarten teacher showed me a trick. That was when I first watched magic. She did this:(performing) "Hey kids, look at this handkerchief. I push this blue handkerchief into my hand, and watch. It's gone! But if you say a magic word, 'abracadabra', you can make it reappear!" I couldn't believe my eyes. And this experience inspired me to start learning magic. Today, however, instead of taking you to the mysterious world of magic, I'd like to discuss how the fantasy of magic can create a more pleasant life.
    Now, what is your response when you see a trick like this? Through my experience as a magician, I've found that there are mainly two different types of reactions when people see magic. Let me explain.
    The first group of people try to enjoy the illusion. They accept the fantasy of magic, and try to believe what is going on in front of their eyes.
    The second group of people don't distinguish the fantasy of magic from the world of reality. They either persist in finding out the secrets of the trick, or have no interest in magic at all. Instead they feel they are cheated by the magician, and therefore they don't enjoy the experience.
    Now, which type are you, ladies and gentlemen? Of course for the magician, the first group of people makes the most desirable audience. But in today's busy society, I think the people of group 2 are at a disadvantage because I have a feeling that this attitude has something to do with one of our current problems, that is, 'stress'.
    As you know, many of us are under increasing amounts of stress these days. Actually we are living in a very busy society and there are even children who suffer from stomach ulcers, which are considered to be a disease caused by stress. Many of us seek out the ways to alleviate the stress. But I think whether we suffer from stress or not depends largely on our attitude.
    For example, the first group of people enjoy everything. They are cheerful, and naturally relaxed. On the other hand the second group of people never leave the world of reality and often try to find fault with everything. For instance, when recommended to try something new, they worry, "Is this going to be fun?" or "Isn't that a waste of time?" And after that, they complain, "I shouldn't have done that!", and feel stress again. Or some people are at a loss as to how to make themselves relaxed, and their free time is spent just lying in front of TV all day, mostly wasting time.
    I think people of group 2 lack the spirit of having fun, and that's why they can't relax and be happy. Although they'd like to be relaxed and happy, they make their own situations worse by being critical of everything even when relaxing. They also feel uneasy on the job, always thinking they are too busy, "I need some time to unwind." In spite of this when it comes to their free time, they feel uneasy again, thinking, "Oh, it's not the time to amuse myself. I'd better devote myself to my job."                                                             
    Of course, it might depend on one's character or the life situation whether you can become the perfect group 1 people. But after all everybody needs fantasy somewhere deep inside, and the essence of relaxation is the spirit of having fun. Movies are a good example. There are so many kinds of movies, and the stories in most movies would hardly ever come true in our daily life. However, do we enjoy them when we are critical of the storyline? Do we enjoy them when we have doubt in our minds? The answer is definitely "No". We enjoy them only by trying to believe the story, by trying to feel as if we are on the screen.
    In Japan, working hard without taking a rest is often considered to be a great virtue. Of course, it is important to be diligent, but it's not everything. We also need some time to put everything aside, escape our routine, and just relax. If we can fully appreciate our leisure time, we are refreshed, and can concentrate on our jobs once again. So let's take the opportunity to escape with a spirit of having fun, to live a really happy life.     
    I myself came to realize how good it is to be a group 1 person through my magic. And as a saying goes, "Everybody loves magicians." I believe magic is one of the best ways to have fun and relax. So I'd like to finish my speech by showing you some of my favorite tricks. (I show the audience a handkerchief) Well, I'm not here today for my magic show, but I stand here just to remind you of one thing. (It immediately changes into a cane.) That is, (I make the flower appear.) "It's time to smell the flowers!" And if you totally enjoyed my speech and magic, —I'm happy to tell you— you are a group 1 person already. Congratulations!


     

    Kamis, 05 Mei 2011

    Pentingnya "Akhlaq/Sikap yang baik"

    Kalau dahulu saat saya masih duduk sebagai siswa sekolah dari SD ( MI ), SMP (MTs), bahkan sampai SMA (MA) pelajaran akhlak/budi pekerti menjadi prioritas utama dalam belajar karena sangat menunjang keberhasilan di masa depan. Saat kelas 2 SD, saya belajar Mata Pelajaran "Akhlaq" yang materinya berbahasa Arab dimana siswa diminta menghafal sekaligus menterjemahkan arti yang terkandung dari setiap kalimat yang ada. Ada juga pelajaran "Tauhid" berisi tentang materi penekanan Aqidah (Dasar-dasar Keagamaan) dan materi umum yang lain yang berkaitan dengan masalah-masalah yang meninitik beratkan kepada pembentukan akhlak/sikap.
    Dengan demikian, tidaka ada siswa yang belajar tidak serius di sekolah. Bayangkan dengan situasi sekarang, sikap hormat seorang siswa hanya disimbolkan dengan mencium tangan guru, tidak dengan menghormati secara tulus. Contohny yang paling nyata adalah saat guru mengajar, dimana siswa banyak yang mengobrol, bercanda, dan ngerumpi.
    Aneh memang, padahal ketika ditanya guru tentang materi yang baru saja dijelaskan, mereka jarang yang faham, bahkan tidak mengerti sama sekali. sungguh fakta yanga sangat memilukan semoga saja tidak memalukan. Di saat di tempat lain siswa sudah banyak yang berlomba-lomba meraih prestasi tertinggi dalam belajar.  Ini semua adalah buah dari tidak adanya Akhlaq yang tumbuh dalam lubuk hati mereka, karena guru tidak begitu dihormati atau dikagumi tapi cuma sebagai orang biasa yang tidak ada apa-apanya, tidak juga jarang juga ada orang tua siswa yang berani protes dengan cara-cara yang kurang sopan dengan berbicara kepada guru yang mengajar anaknya dengan perkataan yang kurang elegan bahkan terkesan kasar. Semoga selalu ada masa perubahan terhadap situasi ini. Oleh kerana itu, di bawah ini akan ditulis, sedikit Tulisan yang moga saja bisa menambah wacana kita sekaligus sadar akan pentingnya akhlak dalam keseharian.Semoga ALLAH selalu memberi qt Hidayah.

    Bagian 1
    Krisis Moral Dikalangan Pelajar Kian Mengkhawatirkan (Diambil dari sebuah sumber)
    Berbagai kasus peyimpangan prilaku dikalangan remaja dan pelajar di Kota Tanjungpinang sudah sangat memprihatinkan, mulai pergaulan bebas, pesta minuman keras dan pemakaian obat terlang, ngelem, tawuran sesama pelajar, serta balapan liar. Hal ini sudah waktunya ditangani secara serius tidak hanya pihak sekolah. Melainkan orang tua dan seluruh elemen masyarakat, termasuk pihak kepolisian.   Kasus-kasus kenakalan para pelajar ini, terus saja bergulir, seakan mereka bebas berbuat tanpa rasa takut. Padahal pihak sekolah sendiri sudah banyak upaya dilakukan, hingga kerjasama dengan pihak kepolian serta mendatangkan ustadz untuk memperkuat mentalitas mereka. Namun semua upaya dilakukan sekolah itu, sedikitpun tak membekas pada mereka, nyatanya kasus-kasus kenakalan pelajar ini hampir saban hari muncul di media.

    Peran orang tua dalam hal ini memang sangat dibutuhkan untuk kerjasama dengan pihak sekolah. Karena yang paling banyak berperan dan berintraksi dengan para pelajar ini adalah orang tua itu sendiri, bila sekolah hanya sebatas pada jam sekolah saja. Bila ini tidak segera ditangani, di khawatirkan akan terjadi krisis moral di kalangan pelajar di Kota Tanjungpinang ini. Karena mereka (para pelajar,red) ini, merupakan masa depan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat membangun Kota Tanjungpinang ini menjadi maju dan berkembang.

    Kemerosotan moral para pelajar ini diakui aktifis pemuda Kota Tanjungpinang, Rumono. Malah ia sangat menyayangkan sikap atas sejumlah pelajar yang akhir-akhir ini bebas berkeliaran melakukan aksinya seperti bolos pada jam belajar lebih asik nongkrong di warnet dan cape sambil merokok dan minum-minum, malah rtak sedikit pesta narkoba dan lain sebagainya.

    Meskipun pihak sekolah mulai melakukan perbaikan dan pembenahan karakter kepada pelajar, namun kata dia, tak ada pengaruhnya malah akhir-akhir ini moralitas pelajar bukannya meningkat, melainkan sebaliknya menurun.

    "Belakangan ini sering ditemukan siswa yang bolos sekolah dan kedapatan merokok saat jam belajar. Mereka kebanyakan lagi asyik nongkrong di warung-warung kopi di pinggiran jalanan Kota Tanjungpinang," ujar Rumono, menjawab Haluan Kepri, Rabu (22/12).

    Malah kata dia, tak sedikit juga pelajar yang tertangkap basah oleh pihak Kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Tanjungpinang sedang asaik  berpacaran di warung internet, mengakeses film-film porno, ngelem dan melakukan akasi ugal-ugalan di jalan raya tanpa menghiraukan faktor keamanan yang akhirnya bisa menyebabkan kecelakaan.

    Menurutnya, pelajar merupakan generasi muda yang diharapkan akan melanjutkan masa depan Kota Tanjungpinang khususnya dan Negara pada umumnya. Bila hal ini dibiarkan berlarut-larut, maka akhlak para pelajar di Kota Tanjungpinang semakian hari akan semakin menurun dan tentunya juga masa depan mereka akan menjadi hancur.

    Disarankan dia, semua pihak harus peduli dan ikut dalam memperbaiki akhlak para pelajar ini, bukan saja pihak guru disekolah dan orang tua. Namun masyarakat juga harus bersama-sama perperan aktif membantu dan membina pelajar supaya berkelakuan baik, sopan dan hormat kepada siapapun," jelas Rumono.

    Dikatakan, banyak cara yang bisa digunakan dalam melakukan pembinaan terhadap para pelajar, misalnya dengan memberikan siraman rohani baik di sekolah maupun dirumah dengan sistim penyadaran. Tujuannya agar para pelajar benar-benar memahami mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh. Namun yang terpenting katanya orang tua harus turut andil dalam memberikan pengajaran yang bermnanfaat dan sekaligus memperbaiki akhlak pelajar, karena orang tua yang lebih mengerti masalah yang dimiliki anaknya.

    "Baik buruknya moralitas pelajar semua berpulang kepada kita dan mari saatnya bersama-sama kita peduli dan membantu anak didik untuk berbuat yang lebih baik lagi," ajak Rumono.

    Sementara itu Kepala Sekolah SMA 3, Elfizah, mengatakan, bila di sekolah siswa hanya bisa diberikan pelajaran bimbingan rohani dan pembinaan lain melalui konseling yang diberikan oleh guru bidang studi yang bersangkutan. Namun imbuhnya waktu yang digunakan dalam membimbing para pelajar tadi tentulah tidak mencukupi dan selebihnya adalah lingkungan rumah merupakan yang terbaik dalam membenahi dan memperbaiki akhlak para pelajar.

    "Sekolah hanya bisa memberikan pengajaran untuk mengejar target kelulusan Ujian Nasional dan ujian lainnya, selain itu, pembinaan budi pekerti dan akhlak juga tetap dilakukan, namun waktunya sangat terbatas," katanya.

    Namun jelas dia, lingkungan keluarga dan masyarakat yang berperan dalam menberikan bimbingan kepada para siswa tadi, sehingga hasilnya menjadi pelajar yang berakhlak mulia dan taat kepada orang tua dan guru.


    Bagian 2

    KESANTUNAN dalam konteks remaja bermakna sifat dan pekerti yang tinggi, berbudi bahasa dan tabiat beradab. Kesantunan tidak sahaja merupakan cerminan budaya timur tetapi anjuran Islam. Kesantunan menjadikan remaja mempunyai rasa tertib yang tinggi dan berhemah dalam melakukan sesuatu. Kesantunan adalah cerminan watak yang boleh dijadikan sumber ikutan juga teladan. Kesantunan juga menjadikan remaja bangsa beradab dan mampu membina budaya tinggi iaitu tamadun.
    Dibangkitkan isu kesantunan ini kerana terdapat sebilangan remaja yang hilang pedoman, akhlak dan integriti diri.
    Jiwa mereka kosong dengan kefahaman sejarah dan budaya serta lompong dengan ilmu agama dan keinsafan diri.
    Lalu budaya popular daripada acuan Barat dijadikan sandaran maju dan moden. Sikap berpoya-poya, rasa hilang malu dan adab, melanggar tertib dan peraturan, hilang malu dan sopan menjadi sebahagian yang melatari watak remaja.
    Remaja seperti ini mudah cair dengan pengaruh negatif dari Barat.
    Remaja seperti ini hanya memikirkan kepentingan diri dan bukan kepentingan orang lain. Selalunya mereka tidak ada rasa syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada nikmat kehidupan yang diperolehi.
    Kesantunan Terhadap Ilmu
    Kesantunan bermula dengan menyantuni ilmu-ilmu yang bermanfaat supaya pematangan akal dan pemerkasaan diri berlaku dengan baik. Ilmu yang bermanfaat umpamanya boleh didapati dalam khazanah tamadun Islam.
    Pada masa sama, ilmu-ilmu berbanding yang bermanfaat dari Barat dan Timur harus juga dicari. Menyantuni khazanah Islam dan faktor-faktor di luar lingkungan adalah amat penting supaya konsep ilman nafi’a (ilmu-ilmu yang bermanfaat) dapat disuburkan dalam kehidupan.
    Kelompok remaja seharusnya menjadikan ilmu Islam dan ilmu berbanding sebagai faktor penting dalam menentukan kejayaan pembangunan dan kemajuan.
    Faktor globalisasi yang sedang mendatangi umat Islam kini menuntut persiapan yang rapi di kalangan remaja untuk menguasai ilmu pengetahuan yang pelbagai supaya nantinya umat Islam tidak hanya menjadi pengguna kepada modal orang lain tetapi harus menjadi penyumbang kepada kekuatan tamadun manusia.
    Keduanya, kesantunan harus terhubung dengan memiliki kekuatan akhlak dan jati diri. Dengan kekuatan akhlak, para remaja tidak mudah cair dengan pengaruh budaya luar yang negatif.
    Memiliki jati diri yang Islami boleh menjadikan para remaja orang-orang yang berprinsip di samping memiliki wibawa diri yang dihormati. Isu yang berbangkit kini ialah ramai di kalangan remaja islam sedang terjebak dalam kemelut akhlak yang mencemaskan, sedangkan kelemahan umat Islam di mana-mana memerlukan keterampilan generasi muda yang berpotensi untuk melakukan perubahan.
    Ramai yang berpendapat bahawa memiliki peribadi yang baik dan kesantunan yang tinggi merendahkan sifat berani dalam diri.
    Sering sahaja mereka diperkecilkan dan dianggap tidak berani menyaingi orang lain walaupun mempunyai tahap ilmu yang tinggi.
    Tanggapan itu salah kerana keteguhan akhlak dalam watak dan tingkah laku menjadi prasyarat penting untuk menentukan warisan masa depan negara berada di tangan orang-orang yang berintegriti. Dengan ilmu dan akhlak yang mulia, potensi remaja akan lebih terserlah dan keberanian menegakkan sesuatu yang benar disertai dengan ilmu yang terarah dan bermanfaat.
    Perkara ketiga dalam proses penyantunan ialah keupayaan remaja melatih diri supaya mempunyai upaya berfikir dan cara pendekatan yang strategik.
    Strategik dalam erti kata para remaja harus mampu mengimbangi antara idealisme dan realiti. Idealisme dalam hidup remaja adalah sesuatu yang amat penting.
    Idealisme tanpa menyantuni realiti akan mewujudkan keadaan yang tidak seimbang. Idealisme cuba melihat sesuatu dalam keadaan serba sempurna tetapi realiti masyarakat tidaklah sepenuhnya sempurna.
    Oleh itu antara visi dan misi (idealisme) bagi mencapai sesuatu matlamat dalam perjuangan hidup harus mengambil kira faktor ilmu, upaya guna tenaga, alat-alat bantu, kekuatan teknologi supaya pendekatan yang diambil menjadi seimbang. Kalau tidak, para remaja hanya seronok dengan pendekatan pidato-pidato, reaktif terhadap isu tetapi pro-aktif menyantuni penyelesaian.

    Materi 1

    Kepemimpinan
    Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukanya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang senima ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.

    Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas.  Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.

    Tentang LDK OSIS SMP

    Seputar Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) 


    Latihan Dasar Kepemimpinan / LDK adalah sebuah pelatihan dasar tentang segala hal yang berkaitan dengan kepemimpinan. Pelatihan ini biasanya yang diberikan oleh Pengurus OSIS lama kepada calon Pengurus OSIS baru, baik untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas (untuk LDK tingkat sekolah menengah). Pelatihan dasar yang diberikan ini bertujuan untuk memberikan bekal kepemimpinan kepada Pengurus OSIS baru yang nantinya akan menjadi pemimpin dari seluruh kesatuan OSIS dari sekolah yang bersangkutan.
    LDK biasanya diberikan dalam 2 bagian yaitu LDK Fisik dan LDK Mental. Pemberian materi dari kedua jenis LDK ini biasanya diberikan di waktu dan tempat yang berbeda. Untuk LDK Mental, yang menjadi pemberi materi bukanlah lagi para Pengurus OSIS lama melainkan Dewan Guru, Pembina OSIS, Kepala Sekolah serta Guru Psikologi dan Konseling dari sekolah yang bersangkutan, atau bisa juga dengan cara menyewa dari suatu Lembaga Psikologi Independen. LDK Fisik biasanya diberikan di sekolah dalam waktu 3-5 Hari penuh, sedangkan LDK Mental biasanya diberikan di luar kota dalam waktu 2-4 hari.
    Dalam LDK Fisik ini peserta dituntut untuk memiliki kedisiplinan yang tinggi, terlebih selama mengikuti 3-5 hari LDK. Beberapa peraturan yang pada umumnya diterapkan dalam LDK ialah :
    • Selama pelaksanaan LDK, peserta harus hadir di tempat LDK tepat waktu,
    • Kebersamaan ialah hal yang amat diperhatikan selama pelaksanaan LDK. Jika ada 1 peserta saja yang tidak membawa air minum, saputangan, topi, ataupun atribut-atribut lainnya yang telah ditetapkan, maka seluruh pesertalah yang akan menanggung hukumannya,
    • Setiap peserta wajib mematuhi seluruh peraturan dan perintah yang diberikan oleh tim pemberi LDK. Jika tidak, maka kepadanya akan diberikan hukuman, dan
    • Kebersamaan juga diterapkan apabila ada salah satu peserta LDK yang melakukan kesalahan
    Hukuman dalam LDK Fisik biasanya berupa push-up untuk pria atau scott jump untuk wanita. Jumlahnya tergantung perintah dari pemberi LDK.

    LDK Mental

    Untuk LDK Mental pada umumnya, materi yang diberikan secara garis besar ialah dalam bentuk Penyuluhan Mental Kepemimpinan. Kegiatan yang biasa dilakukan dalam LDK Mental adalah :
    Outbond / Kegiatan Alam, seperti :
    Permainan-permainan yang memiliki nilai kepemimpinan, seperti :
    • Memasukkan paku dalam botol dengan mata tertutup. Salah seorang yang lain memberikan aba-aba agar paku tersebut masuk. Dibutuhkan kemampuan untuk menganalisa segala macam kemungkinan dan kemampuan untuk memerintah secara hati-hati dan terpertimbangkan agar bisa mencapai goal dari permainan ini yaitu memasukkan paku dalam botol
    • Bisik berantai. Dibutuhkan kemampuan sebagai pendengar sekaligus penyampai pesan yang baik agar dapat menyampaikan pesan yang benar dari awal hingga akhir.
    Pemberian materi kepemimpinan yang dibagi dalam beberapa sessi, seperti :
    Pelantikan

     Setelah seluruh calon Pengurus OSIS baru mengikuti kedua LDK ini, sesegera mungkin atau paling lambat 2 minggu setelahnya mereka akan dilantik menjadi Pengurus OSIS resmi. Pelantikan ini dilakukan oleh Pengurus OSIS lama dan disahkan oleh Kepala Sekolah. Pelantikan dan Pengesahan ini disaksikan oleh seluruh Dewan Guru dan Siswa/i sekolah yang bersangkutan dan dilaksanakan dalam sebuah upacara besar yaitu Upacara Pelantikan Pengurus OSIS baru.



      My Daily Notes

      What's wrong with the students today???
      The just think what they want, whether someone happy or even sad.
      Noise, have fun, hang out, and many other things. How could be? What will they would be?
      What are they parents doing?
      Do they know about this...????
      Or they think so selfish. I don't know.... God knows...............